Jakarta - Penyelenggaraan The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Kamis (28/11), menjadi momen penting bagi Indonesia dalam memperkuat kerja sama maritim dengan China. Dalam forum ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok (MNR) menandatangani nota kesepahaman kerja sama dan meresmikan Indonesia-China Center for Ocean and Climate (ICCOC). Pusat ini diharapkan menjadi wadah pengembangan penelitian kelautan dan perubahan iklim untuk memperkuat kapasitas ilmiah dan teknologi di kawasan.
Wakil Menteri Sumber Daya Alam Tiongkok, Shuxian Sun, menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari visi 21st Century Maritime Silk Road. Ia juga menekankan pentingnya perlindungan laut sebagai ekosistem terbesar di bumi. “Laut merupakan ekosistem terbesar di bumi dan merupakan ruang penting bagi keberlangsungan hidup manusia,” ujar Sun. Selain itu, China berkomitmen mendukung pembangunan berkelanjutan melalui teknologi ramah lingkungan, termasuk pengembangan ekstraksi rumput laut dan konservasi terumbu karang.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyebut peresmian ICCOC sebagai langkah strategis pascapandemi dalam penguatan kerja sama maritim. Handoko menyoroti pentingnya kolaborasi dalam konservasi ekosistem, mitigasi perubahan iklim, dan pengelolaan laut terpadu. "ICCOC akan menjadi pusat unggulan untuk kolaborasi penelitian iklim dan kelautan, yang mencakup pemantauan ekosistem, mitigasi perubahan iklim, dan transfer teknologi. Keberadaan pusat ini diharapkan menjadi pendorong utama peningkatan kapasitas kawasan dalam menghadapi tantangan global," ujarnya.
Forum ini juga membahas tantangan global seperti sampah laut lintas batas dan dampak perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati laut serta wilayah pesisir. BRIN menekankan pentingnya penelitian interaksi laut-atmosfer, eksplorasi dasar laut, dan studi mendalam tentang flora-fauna laut untuk mendukung kontribusi Indonesia terhadap UN Decade of Ocean Science. "Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan besar dari dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, perubahan ekosistem laut, dan cuaca ekstrem. Handoko menekankan perlunya kerja sama internasional karena laut tidak memiliki batasan wilayah. Kita berbagi air yang sama, sehingga kerja sama dengan mitra global sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ekosistem laut," tambah Handoko.
Forum yang sempat terhenti akibat pandemi ini kembali menjadi platform strategis bagi Indonesia, negara-negara ASEAN, dan China untuk mempererat hubungan maritim. Dengan aksi konkret melalui inovasi dan kolaborasi, diharapkan kerja sama ini mampu menjawab tantangan global sekaligus memperkuat keberlanjutan sektor maritim di kawasan.