Jakarta - Dengan keanekaragaman hayati laut yang kaya, kawasan Asia Tenggara dan Tiongkok menghadapi tantangan besar akibat degradasi ekosistem laut dan perubahan iklim. Menjawab tantangan ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi tuan rumah The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum East yang berlangsung pada 28-29 November 2024 di Jakarta. Forum ini membahas solusi berbasis sains dan teknologi untuk keberlanjutan ekosistem laut.
Dalam sesi diskusi bertajuk East Asian Summit Workshop on Developing Coastal Economy, A’an Johan Wahyudi, peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, menyoroti pentingnya Sistem Observasi Laut (OOS) dan Variabel Laut Esensial (EOV) untuk mendukung ekonomi pesisir yang adaptif terhadap perubahan iklim. "Sistem observasi laut sangat penting untuk mendukung perekonomian pesisir dan pengambilan keputusan berbasis data dalam sektor seperti perikanan, pariwisata, dan perlindungan pantai,” ujar Johan, Kamis (28/11).
Johan menjelaskan bagaimana EOV dapat membantu nelayan menentukan lokasi penangkapan ikan yang lebih produktif, mendukung pelaku pariwisata menjaga daya tarik destinasi, serta membantu pemerintah dalam kebijakan perlindungan ekosistem. “EOV akan membantu kita memahami kondisi laut secara lebih baik sehingga kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga keseimbangan ekosistem,” jelasnya.
Namun, Johan juga menekankan tantangan yang harus diatasi untuk memanfaatkan teknologi ini secara maksimal, seperti perlunya dukungan kebijakan pemerintah dan investasi swasta. “Jika kita dapat mengatasi tantangan ini, EOV akan membuka peluang besar bagi Indonesia untuk membangun ekonomi biru yang berkelanjutan,” tegasnya. Ia mengajak pemerintah, industri, dan lembaga riset untuk bersinergi dalam membangun sistem observasi laut yang komprehensif.
Forum ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat kolaborasi Asia Tenggara dan Tiongkok menuju pengelolaan laut yang berkelanjutan, selaras dengan visi UN Decade of Ocean Science for Sustainable Development (2021-2030). Dengan dukungan para ahli dan pembuat kebijakan, diharapkan solusi berbasis data dan teknologi dapat menjawab tantangan besar yang dihadapi ekosistem laut regional.