Surabaya , Sebanyak 24 perwira TNI Angkatan Laut dengan kualifikasi internasional terlibat dalam program Transition to the Trained Trainers (TTT) yang digelar di Surabaya sejak 2 September 2024. Program pelatihan selama 12 minggu ini menggandeng Navtrain Belanda sebagai fasilitator, bertujuan untuk menyiapkan SDM TNI AL yang memiliki keterampilan pelatih berstandar internasional untuk melatih para pengawak kapal kombatan.
Program TTT difokuskan untuk membentuk kesiapan tempur TNI AL, yang meliputi kesiapan operasional kapal perang. Program ini merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan visi TNI AL sebagai kekuatan maritim yang modern, berdaya gentar di kawasan, dan berproyeksi global. Pelatihan operasional juga dipandang krusial dalam menjaga keamanan dan stabilitas laut Nusantara.
Selama 2 minggu terakhir, program TTT memasuki tahap Sea Phase, fase akhir dalam pelatihan. Dalam fase ini, para perwira mendapatkan pengalaman langsung di laut untuk mengaplikasikan materi yang dipelajari, dengan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dan KRI Sultan Hasanuddin-366 sebagai unsur pendukung. Latihan ini mencakup skenario intensitas tinggi, mulai dari aspek keselamatan hingga peperangan multi-dimensi.
Serial latihan yang dilaksanakan dalam Sea Phase termasuk penanganan orang jatuh di laut (Man Overboard), penanggulangan kebakaran dan kebocoran (FFDCEX), manuver taktis lanjutan, operasi helikopter, penembakan sasaran darat dan terapung, serta simulasi peperangan anti kapal selam (CASEX). Latihan ini bertujuan meningkatkan respons dan keterampilan operasional para perwira dalam situasi darurat.
Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, menekankan pentingnya pelatihan tempur bagi prajurit TNI AL. Prajurit TNI AL harus selalu mempersiapkan keterampilan tempurnya untuk menjaga kedaulatan Nusantara, menyiratkan peran vital dari setiap latihan dalam memperkokoh pertahanan maritim Indonesia.